Tips/Trik Percepat Koneksi Internet


Hp Smart Haier D1200P yang bisa dijadikan modem untuk internet dengan kuota 2giga/bulan GRATIS selama 6 bulan kadang memiliki permasalahan pada saat kita mulai menggunakan sampai dengan spesifikasi komputer yang dipakai (catatan hp ini adalah hp + modem termurah di Indonesia yaitu cuma Rp. 289.000 / $ 24 hehehe) .
Kayanya kalo gratisan emang begini nasibnya….nasiiiiiiiiiiib :(
eiiitsss ;) tapi ada beberapa cara untuk mengatasi koneksi internet yang bermasalah ini… :)

1. Pertama bicara masalah OS Windows mesti diakalin dulu soale Windows memakai bandwith kita 20%. Supaya cara lebih cepat caranya seperti ini :
• Klik start menu > run lalu ketik gpedit.msc
• Pada bagian computer configuration > administrative template > pilih Network.
• Pada Qos packet scheduler > Double Klik pada Limit Reservable Bandwith.
• Klik Enabled reservable bandwith dan rubah settingannya ke 0 (nol)% lalu Apply dan OK.


2. Klik start menu > run lalu ketik regedit . Pada bagian HKEY_LOCAL_MACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\Services\Tcpip\Parameters . Isi value registry ini :
• DefaultTTL isi value 00000040
• EnablePMTUBHDetect isi value 00000000
• EnablePMTUDiscovery isi value 00000001
• GlobalMaxTcpWindowSize isi value 0005ae4c
• SackOpts isi value 00000001
• Tcp1323Opts isi value 00000003
• TcpWindowSize isi value 0005ae4c
• Restart Komputer.
3. Kalau bisa gunakan Browser Mozzila Firefox yang udah terkenal Browser Paling Cepat dan Aman …download disini http://en-us.www.mozilla.com/en-US/ dan rubah juga settingan Mozzila supaya lebih cepat pada saat browsing …..caranya :
• Buka Firefox.
• Pilih address bar ketik about:config dan enter. Jika keluar peringatan klik ok.
• Klik kanan di Firefox (di bawah Preference Name) kemudian pilih new lalu integer.
• Pada kotak dialog New integer value - Enter the preference name isi dengan nglayout.initialpaint.delay. Lalu saat kotak dialog lain muncul isi nilai/value dengan 0 (nol).
• Pada Filter Bar (Filter:) letaknya ada di bawah tab yg dibuka ketik pipelining.
• Klik dua kali (double klik) pada tulisan network.http.pipelining agar settingannya dirubah menjadi true.
• Lalu klik dua kali (double klik) pada network.http.pipelining.maxrequests setelah keluar kotak dialognya isi dengan nomor antara 10 hingga 30. Isi 30 supaya lebih maksimal.
• Restart Firefox.
4. Gunakan Wajan Kilik :) atau sejenisnya untuk meningkatkan sinyal modem anda.
5. Ada juga pengguna modem smart yang mendekatkan HP Smart nya dengan Antena TV UHF dengan kondisi TV dinyalakan atau teflon yang dilapisi alumunium foil…hampir sama kaya wajan kilik bedanya yang ini dilapisi alumunium foil.
6. Settingan Connections Smart Bukan cuma menggunakan user dan password : smart dial up ke *777 tapi bisa juga menggunakan :
user dan password : wap - dial up : 222
user dan password : cdma - dial up : *777#
dial up juga bisa ke : *99# atau *31*11111#
coba-coba aja mana yang lebih cepat dikombinasiin antara user/password dengan dial up mana aja juga bisa ko
7. Bagi menggunakan prosesor AMD dan gagal melakukan koneksi. Anda bisa gunakan driver Haier yang versi 1.3.13 di websitenya smart langsung aja buka http://www.smart.co.id/ pasti ada.
8. Gunakan Internet Accelerator seperti Cfosspeed, SpeedConnect, untuk browser gunakan FirefoxOptimizer dan untuk download gunakan Internet Download Manager (IDM) supaya meningkatkan kecepatan internet pada saat browsing dan download.
9. Disarankan oleh Smart katanya kalau sudah disconect dan akan menggunakan modem smart untuk di RESTART hpnya dan cabut baterainya…lalu pasang kembali dan lakukan koneksi ke internet. Tapi saya coba dengan mengganti connection ke yang lainya ternyata bisa ko. Misalnya yang pake user dan password smart adalah connection 1 maka pindah saja ke connection 2 dengan user dan password yang lainnya..liat no 6. Jadi bikin aja 2 connection dengan user dan password berbeda.
10. Kalau ingin browsing dan download lancar gunakan modem smart malam hari >12 malam sampai pagi saat traffic smart tidak ramai.
11. Biasanya cuaca buruk berpengaruh besar terhadap koneksi internet smart…yang satu ini belum tahu cara mengatasinya…tunggu cuaca cerah atau baik saja ;) ato komplain aja ke cs smart hehehe :) biar puas
Kalau masalah belum selesai hubungi saja Galeri Smart di kota/kab masing2 atau hub customer service di http://www.smart.co.id/.

KaKemarin, kebetulan saya menemukan tulisan cara lain mempercepat koneksi internet yang saya dapatkan dari sebuah koran harian, saya sendiri langsung mencobanya dan hasilnya lumayan koneksinya jadi lebih cepat :
Menurut tulisan itu, ada beberapa cara untuk meningkatkan kecepetan akses internet di antaranya dengan menyetting browser, menggunakan openDNS atau menggunakan Google Web Accelerator.
Setting melalui openDNS sendiri sebenarnya banyak yang meragukan apakah bisa membuat koneksi cepat atau ga ada pengaruh apa-apa, coba anda baca polemiknya di forum tadi. Sedangkan Google Web Accelerator didesain jika anda menggunakan koneksi broadband seperti cable dan DSL, tetapi untuk dial-up (mis. telkomnet instan atau speedy) juga dapat mempercepat koneksi. Untuk memakai Google Web Accelerator anda harus memenuhi kriteria antara lain Operating system harus windows XP atau windows 2000 dan browser nya harus (minimal) IE 5.5+ atau Mozilla Firefox 1.0+. kalau untuk browser lain juga bisa tetapi harus menkonfigurasi proxy settingsnya dari browser anda dengan menambah 127.0.0.1:9-100 pada HTTP. Setelah melakukan instalasi, Google web accelerator akan menampilkan icon kecil di atas browser dan icon tray di pojok bawah layar desktop.
Untuk cara Setting Browser, silakan ikuti cara2 ini:
Pengguna Internet Explorer:
1. Pilih menu [Tools]
2. Pilih [Internet Option]
3. Klik tab [General]
4. Pada opsi “Temporary Internet Files” klik [Setting] lalu geser slider-nya
Pengguna Mozilla Firefox:
1. Buka browser Mozilla Firefox
2. Pada address bar ketikan : about:config
3. Ubah “network.http.pipelining” dan “network.http.proxy pipelining” menjadi : true
4. Isi “network.http.pipelining.maxrequest” antara : 30 – 100 (makin besar makin cepat)
5. Terakhir, Klik kanan dimana saja dan pilih New -> Integer, Tuliskan : nglayout.initialpaint.delay lalu isi dengan : 0

Semoga masalah-masalah dalam penggunaan Modem Smart Haier D1200P bisa terselesaikan. amin…
Wassalam,



CINTA SEJATI [indahnya hidup bila hati yg bicara]


Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur ?
Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis ?
Kenapa kita menutup mata ketika kita membayangkan sesuatu ?
Kenapa kita menutup mata ketika kita berciuman ?
Hal hal yang terindah di dunia ini biasanya tidak terlihat

Ada hal hal yang tidak ingin kita lepaskan
dan ada orang orang yang tidak ingin kita tinggalkan
Tapi ingatlah, melepaskan bukan berarti akhir dari dunia
melainkan awal dari kehidupan yang baru

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah tersakiti
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah mencari dan telah mencoba


Karena merekalah yang bisa menghargai
Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka

Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi masih peduli
terhadapnya
Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu, kamu masih menunggunya
dengan setia
Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih
bisa tersenyum
sambil berkata , ” Aku turut berbahagia untukmu ”


Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu
Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam
bebas lagi
Ingatlah, kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..
Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati bersamanya..

Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal
Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupanmu,
Kamu akan belajar tentang dirimu sendiri dan suatu saat kamu akan
menyadari
Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidupmu
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan pilihan kehidupan yang telah
kau buat
Yang seharusnya ada di dalam hidupmu

Sahabat sejati akan mengerti ketika kamu berkata, ” Aku lupa ”
Sahabat sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu berkata, ”
Tunggu sebentar ”
Sahabat sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu
ketika kamu berkata, ” Tinggalkan aku sendiri ”

Saat kamu berkata untuk meninggalkannya,
Mungkin dia akan pergi meninggalkanmu sesaat,
Memberimu waktu untuk menenangkan dirimu sendiri,
Tetapi pada saat saat itu, hatinya tidak akan pernah meninggalkanmu
Dan sewaktu dia jauh darimu, dia akan selalu mendoakanmu dengan air
mata

Lebih berbahaya mencucurkan air mata di dalam hati
daripada air mata yang keluar dari mata kita
Air mata yang keluar dari mata kita dapat dihapus,
Sementara air mata yang tersembunyi,
Akan menggoreskan luka di dalam hatimu
yang bekasnya tidak akan pernah hilang

Walaupun dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang,
Tetapi ketika cinta itu tulus…
meskipun mungkin kelihatannya kamu kalah,
Tetapi sebenarnya kamu menang karena kamu dapat berbahagia
sewaktu kamu dapat mencintai seseorang
Lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri…

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya
Tetapi apabila kamu benar benar mencintai seseorang,
Jangan dengan mudah kita melepaskannya
Berjuanglah demi cintamu… Fight for your dream !
Itulah cinta yang sejati..
Bukannya seperti prinsip ” Easy come.. Easy go… ”

Lebih baik menunggu orang yang benar benar kamu inginkan
Daripada berjalan bersama orang ” yang tersedia ”
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai
Daripada orang yang berada di ” sekelilingmu ”

Lebih baik menunggu orang yang tepat
Karena hidup ini terlalu berharga dan terlalu singkat
Untuk dibuang dengan hanya ” seseorang ”
Atau untuk dibuang dengan orang yang tidak tepat

Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang paling
menyakiti hatimu
Dan kadang kala teman yang membawamu di dalam pelukannya
Dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari

Ucapan yang keluar dari mulut seseorang
Dapat membangun orang lain, tetapi dapat juga menjatuhkannya
Bila bukan diucapkan pada orang, waktu, dan tempat yang benar
Ini jelas bukan sesuatu yang bijaksana

Ucapan yang keluar dari mulut seseorang
Dapat berupa kebenaran ataupun kebohongan untuk menutupi isi hati
Kita dapat mengatakan apa saja dengan mulut kita
Tetapi isi hati kita yang sebenarnya tidak akan dapat dipungkiri

Apabila kamu hendak mengatakan sesuatu..
Tataplah matamu di cermin dan lihatlah kepada matamu
Dari situ akan terpancar seluruh isi hatimu
Dan kebenaran akan dapat dilihat dari sana



MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak
suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak………bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" . dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinn. kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka. "Anak2ku………Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah……tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini. kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno. merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno…dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swastauntuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah pak Suyatno bercerita. "Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..sekarang dia sakit dan berkorban demi cinta kita bersama dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…"




Senyuman Terakhir


Kali pertama kami bertemu tiada langsung niat untuk mengenali antara satu sama lain. Dia dengan halnya, aku dengan hal aku. Namun kerana statusnya sebagai seniorku terpaksa juga aku mengenali dirinya. Izam, itulah panggilanku kepadanya dan nama itu juga yg terpahat di hati setelah hampir 2 tahun usia pengenalan kami. Izam seorang lelaki yg simple, sejuk mata memandang dan paling aku suka, dia tak pernah lekang dgn senyuman manisnya. Mungkin keramahannya yg membuatkan kami semakin rapat, ya antara kami sudah tiada rahsia. Izam dan maira..

Hari ini kuliahku tamat agak awal jadi aku mengambil keputusan untuk menunggu izam di kafe, ada sesuatu yg ingin kuberi kepadanya memandangkan hari lahirnya yg bakal menjelang. Aku tahu terlalu awal untuk hadiah itu namun aku tetap ingin menghadiahkan izam sesuatu. Hampir 5 minit kemudian izam tiba dgn senyuman manis terukir di bibirnya.


“Assalamualaikum..sorry ye wak, saya ada hal td..” Dia mengambil tempat di sebelahku, perlahan aku menjawab salamnya.

Aku mengambil bungkusan di dalam beg lalu kuserahkan kepadanya. Raut wajah izam agak panik, digaru-garu kepalanya yg tak gatal.

“Erk..apa ni wak? “
“Untuk awk la..saya kasi wak, tgk la suka ke tak”
Dahi izam berkerut-kerut namun jarinya pantas mengoyak balutan hadiah itu. Kemudian dibukanya kotak kecil yang berbentuk hati. Matanya bersinar cerah, lantas dikeluarkannya jam tangan hadiah pemberianku itu.
“Ya Allah..maira! ini jam hari tu kan? Awak, jam ni kan mahal. Kalau awak guna duit tu utk belanja kan lebih baik..”
“Suka tak?”

Aku cuba menduga. Itulah jam tangan yg paling diminati izam, namun disebabkan kekurangan wang dia tidak jadi membelinya. Ketika itu kami keluar untuk membeli barang-barang keperluan rumah, aku dan izam masing-masing menyewa di luar kampus jadi kami sering mengambil kesempatan utk keluar bersama.

Izam menggangguk kecil. “Suka, tp kurang suka awk bazirkan duit utk saya. Well, jam ni utk apa? Birthday saya lambat lagi, bulan depan la maira..”
Aku tersenyum memandang gelagat izam. Sememangnya dia begitu, selalu berpesan agar aku berjimat cermat. Katanya, dia sudah rasa bagaimana susahnya utk mendapatkan wang, keluarganya sederhana sahaja namun kaya dgn kasih sayang. Bagiku, bukankah itu lebih berharga?

“Awk, salah ke kalau saya hadiahkan something utk awk? Lagipun sepanjang kita berkawan, saya jarang kasi awk hadiah kan? Takpe la, nanti birthday awk saya kasi lagi ok?”
“Abis saya slalu ke kasi awk hadiah? Ok, hadiah ni saya terima sebagai hadiah hari lahir, tp saya tak nak hadiah lain dah, sebab ni pun dah sangat berharga wak..”
Mata izam memandangku penuh makna. Akhirnya aku mengalah di hadapannya. Dalam hati aku tetap mahu hadiahkan sesuatu buat izam. Sejak kebelakangan ini kami jarang bertemu kerana izam sudah berada di tahun akhir, banyak kerja yang perlu diuruskan jd aku tak mahu hubungan kami menjadi hambar. Sebolehnya aku mahu kami sentiasa gembira.

Jam tanganku sudah menunjukkan jam 8.30 mlm. Hari ini, 19 Jun, usia izam genap 23 tahun. Hari lahirnya yang kuraikan utk kali ke-2. Awal-awal lagi aku sudah menanti kedatangan izam utk menjemputku di rumah. Kami berjanji utk meraikannya di sebuah restoren seafood. Itu semuanya cadanganku, aku mahu izam sentiasa gembira kerana setiap kali dia tersenyum, senyuman itu cukup menenangkan. Izam tiba tepat pada masanya. Kami sedondon biru tanpa disengajakan, atau memang sudah jodoh? Aku tertawa sendiri.

Kereta yg dipandu izam meluncur laju menuju ke destinasi. Kami tak banyak bercakap kerana izam lebih menumpukan perhatian utk memandu. Malam ini kereta berpusu-pusu, mungkin malam minggu jadi org ramai mengambil kesempatan utk bersantai di tepi-tepi pantai. Izam memandangku sekilas, sempat aku melihat dia tersenyum manis. Ah, senyuman itu lagi..

” Jom, dah sampai. Awk turun dulu nanti saya follow, susah pulak nak cari parking. Takpe, saya parking jauh sikit..”

Aku menggeleng. “Saya ikut. Kita jalan sama-sama la, lagipun saya dah tempah meja so, don’t worry ok? Now, awk parking je kat depan tu..tu..”
Izam ketawa bila aku menjuihkan mulut ke arah parking yg kosong. Setelah meletakkan kereta kami sama-sama berjalan ke restoren itu. Aku sememangnya telah menempah meja yg terletak di hujung sudut restoren, betul-betul menghadap ke arah pantai. Agak romantik dan sesuai untuk kami berdua.

“Selamat hari lahir izam..ni utk awk, ikhlas daripada saya.” Sebuah bungkusan berbalut kemas aku serahkan kepada izam.

Izam memandangku agak serius. Aku tahu dia marahkan aku kerana melanggar permintaannya supaya tidak memberikan hadiah lain. Entah mengapa, aku betul-betul mahu hadiahi izam sesuatu, dan kali ini aku menghadiahkan sebentuk cincin silver untuknya. Izam masih seperti tadi, tiada tanda-tanda utk menghadiahkan senyumannya kepdaku seperti selalu.

“Awk..saya ikhlas ni..hari ni baru betul-betul birthday wak, hari tu hadiah kasih sayang je, ambik la wak..” Aku cuba memujuk. Nampaknya pujukkanku berkesan apabila izam sedikit tersenyum.
” Saya dah cakap, tak perlu hadiah wak..apa yg awak bagi selama ni pun dah cukup, kasih sayang, perhatian..hurm, memang degil. Awak igt saya nak biarkan awak je? Ni, utk awak..bukalah.”

Sebuah bungkusan berbalut merah hati dihulurkan kepadaku. Aku kaget, namun setelah didesak izam bungkusan itu bertukar tangan. Lantas dengan cermat aku membuka pembalutnya. Sebuah kotak berbentuk hati, sama seperti yang aku berikan utk izam Cuma lebih kecil saiznya. Kubuka kotak itu, dan kali ini aku terharu. Loket silver berbentuk hati dan di dalamnya ada gambar kami berdua. Cantik!

” Awak..”
” Awak pakai la..saya suka tgk awak happy. Kalau boleh tiap-tiap hari saya nak tgk awak..sepanjang masa. Kalau awak rindukan saya, tgk je gambar saya tu. Kalau saya pulak rindukan awak, hurm..saya nak buat apa ek?”
Aku ketawa. Izam betul-betul pandai mengambil hati.
“Kalau rindukan saya, awak senyumlah..”
“Senyum? Kenapa senyum?” Dia bertanya hairan.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Sebab senyuman awak tu saya boleh rasa. Setiap kali awk senyum, saya tahulah awk rindukan saya, ok?”
“hurm, macam ni?” izam menghadiahkan aku senyumannya, dan aku rasakan inilah senyuman paling manis yg pernah aku lihat di wajah izam. Tenang sekali setiap kali aku melihatnya tersenyum.

Tiba-tiba izam menepuk dahinya. “Saya tertinggal jam tangan tu dalam kereta la wak..saya pergi ambik kejap ya. Mana boleh tak pakai, hadiah special tu..”
“Ikhs..tak payahlah. Kita makan dulu, nanti lepas makan kita jalan-jalan kejap. Kan awal lagi? Kejap lagi la ek?” Aku cuba menghalangnya. Sayang kalau masa-masa begini dibiarkan berlalu.

Izam berkeras mahu mengambil jam tangan pemberianku. Aku hanya mampu mengalah, izam terlalu sukar utk dihalang. Aku mengekori izam dgn pandanganku. Setelah kelibatnya hilang di celah-celah kereta yang berpusu, aku melihat loket itu sekali lagi. Kami memang padan, itu kata kawan-kawanku. Dan buktinya dalam loket itu kami nampak seiras, sama padan. Aku melihat jam tanganku, sudah jam 9.30 mlm.
Beberapa buah kereta baru saja tiba dan diparkir berhampiran dengan restoren. Aku melemparkan pandangan ke arah jalan yang semakin sesak. Izam sudah berada di seberang jalan dan sempat melambaikan tangannya ke arahku. Bibirnya mengukir senyuman lagi, malah lebih menawan. Aku membalas lambaiannya dan izam berlari-lari anak utk menyeberangi jalan. Malangnya, ada sebuah kereta yang sedang memecut laju melalui jalan itu.

DEBUMMMMM!!!!

Ketika itu segala-galanya berlaku terlalu pantas. Aku melihat tubuh izam melayang-layang sebelum jatuh ke atas sebuah
kereta. Kemudian, tubuh yang sudah tidak bermaya itu tergolek jatuh di atas jalan raya. Izam cuba utk bangun, sedaya upaya digagahinya dan ketika itu juga sebuah kereta dari arah yang bertentangan merempuh laju tubuhnya. Izam terjatuh, malah tidak bergerak-gerak.

Dan aku? Aku kaku, tergamam dengan apa yg sedang berlaku. Aku betul-betul keliru. Setelah beberapa org mengerumuni tubuh izam yg sudah terbujur kaku itu barulah aku tersedar. Aku berlari pantas ke arah izam, keadaanya sangat parah. Aku sudah mula meraung ketika memangku kepalanya. Izam sudah tidak berdaya. Puas aku menjerit memanggilnya, dan izam akhirnya terus meninggalkan aku buat selamanya. Aku meratap, meraung sepuas-puas hati. Izam! Dan ditangannya, sebuah jam tangan yang berlumuran darah masih erat dipegang. Aku menatap wajah kaku izam, dan senyuman itu…senyuman terakhir itu juga pergi buat selama-lamanya…


Lagu Rindu


Kali ini suara Hayani sedikit keras. Cuba menarik perhatian saya yang masih lagi tekun menghadap skrin komputer. Terlalu banyak urusan kewangan yang perlu dibereskan, sementelah bulan semakin hampir pada penghujungnya.

“Dia dah balik…” sekali lagi Hayani bersuara sambil mencuit bahu saya. Saya memandang Hayani seketika. Tersenyum kelat. Kembali menghadap skrin komputer, cuba memberi tumpuan meskipun hati saya sedikit berdebar.

“Kijang Putih kau dah balik.” Hayani menepuk mesra bahu saya sambil berlalu menuju ke mejanya. Kali ini tumpuan saya sedikit terjejas.

“Balik? Kijang Putih? ” Hati saya berbisik perlahan.

Siapa dia? Siapa Kijang Putih yang Hayani cuba maksudkan? Kijang Putih. Beberapa kali saya menyebut perkataan itu dalam hati.

Saya memejam mata rapat-rapat. Lama. Baru saya teringat. Baru minda saya terbuka. Baru fikiran saya mula memikir. Dia dah balik? Kijang Putih dah balik? Dada saya semakin berdebar. Jantung saya berdegup pantas.

Mata saya terasa pedih. Tanpa saya sedari ada air yang mengalir perlahan. Panas pipi saya untuk seketika. Cepat saya menyeka dan memandang ke arah Hayani. Dia juga nampak tekun dengan tugasnya.

Seolah sebentar tadi dia tidak berkata sesuatu pada saya. Atau mungkin hanya telinga saya seolah terdengar sesuatu. Saya sendiri kurang pasti. Lama saya merenung ke arah Hayani, mengharap dia menoleh ke arah saya.

Hampa. Hayani tetap meneruskan tugasnya seolah percakapannya sebentar tadi tidak membawa sebarang makna.

Kijang Putih. Aneh. Rasanya nama tersebut sudah lama tidak bermukim di hati saya. Namun begitu tidak juga pernah lekang daripada kamus hati saya.

“Patutlah semalam saya bermimpi kijang putih makan garam di tapak tangan saya.” Saya termangu sambil mengerutkan dahi. Dia ketawa nakal melihat gelagat saya terpinga.

“Maaf. Saya Haikal.” Dia menghulurkan tangannya untuk bersalam dengan saya. Saya menjadi semakin terpinga dan keliru.

Saya memandang sekitar. Nasib baik pelanggan di kedai buku Popular petang Sabtu itu tidak ramai. Kalau tidak, saya pasti malu sendiri bila disapa dengan tiba-tiba oleh lelaki yang tidak saya kenali.

“Maafkan saya. Saya ingin berkenalan dengan saudari. Ikhlas.”

Sekali lagi dia bersuara. Lama saya merenung dia.

Boleh tahan, bisik hati kecil saya. Berseluar jeans lusuh dengan kemeja-T berwarna biru laut dan berjaket kain denim yang hampir lusuh.

Dia memandang saya dengan satu pengharapan. Sepasang mata redupnya cukup menggoda. Pandangan kami bertukar. Entah kenapa ada satu perasaan halus yang mengalir perlahan dalam hati saya.

Tanpa sedar saya menyambut huluran tangannya. “Aina Farina,” saya bersuara perlahan. Dia tersenyum puas.

Sejak dari waktu itu, saya dan dia selalu berhubungan, entah kenapa saya menjadi teruja bila bersamanya.

Hubungan kami rapat walaupun bidang kerjaya kami berlainan. Kami sepakat dalam banyak perkara. Kata rakan sekerja, saya nampak begitu selesa dan serasi bila bersama dia.

Kami berkongsi minat memancing dan membaca. Masa lapang kadangkala kami penuhi dengan menonton teater dan berjam-jam memancing di Tasik Perdana tanpa sebarang hasil. Dan sesekali menemani dia membaca puisi di Rumah Pena.

Kerana dia juga saya mula belajar tentang keindahan puisi. Mengenali dunia teater. Mengagumi karya agung Datuk A Samad Said, Datuk Shahnon Ahmad dan beberapa sasterawan negara yang lain.

Persahabatan yang terbina antara kami jujur dan ikhlas, tanpa sebarang harapan dan impian. Namun putik untuk membungakan kasih ada ketika terjelma juga dalam jiwa, tanpa saya sedar. Lagu rindu adakalanya bertandang juga dalam hati walaupun saya tidak pernah melayan irama tersebut.

Saya biarkan ia berlalu tanpa rasa, tanpa nada. Namun ada ketikanya kocak kasih itu berbekam juga dalam jiwa saya. Saya cuba memahami dirinya yang sebenar. Memahami kehendak nuraninya yang tidak begitu jelas.

“Saya ingin pergi. Merantau ke negara orang. Rutin hidup di sini tidak begitu mencabar. Saya teringin nak sambut millenium di negara orang.”

Begitu bersahaja dia menuturkan kata-kata berkenaan hampir tujuh tahun yang lalu tatkala kami sedang leka memancing di sebuah kolam berbayar.

Saya menjadi begitu terpana. Gelodak hati dan jiwa saya ketika itu Tuhan saja yang tahu. Ingin saja saya menghalang tapi siapa saya di hati dia. Tidak ada langsung nada ragu-ragu dalam percakapannya.

Saya jadi keliru dan tidak menentu. Saya tidak mengerti apa yang dikatakan Haikal tapi cuba memahami dan mendalami sebaik mungkin.

“Aina, awak jangan bimbang. Saya takkan lupakan Kijang Putih. Apa yang tersirat di hati awak, itu jugalah yang tersurat di hati saya.”

Dia merenung saya dalam-dalam sambil memegang erat tangan saya. Mata saya terasa pedih dan panas.

Tanpa dapat dibendung, ada air hangat yang mengalir perlahan. Dan dia dengan tenang menyeka air mata yang berlinang di pipi saya.

Saya merenung wajahnya dalam-dalam. Merenung tajam ke sepasang mata redupnya. Mata yang membuat hati saya berdebar-debar, mata yang kerap mengundang resah gelisah dalam lena mahupun jaga saya. Namun, sinar matanya tetap redup seredup bayu petang. Tenang dan mendamaikan.

Dia pergi juga akhirnya. Siapalah saya untuk menghalang pemergiannya. Saya hanya mampu menghantar dengan pandangan yang sayu. Hanya sekeping kad ditinggalkan untuk saya. Di dalamnya tertera perkataan.

“Kijang Putih pergi untuk seketika, satu hari nanti pasti kembali untuk bermain di pinggir kali…”

Saya tidak arif untuk mentafsir apa yang tersurat. Tapi saya berjanji pada diri sendiri, saya akan menunggu dia kembali.

Tahun pertama Haikal di negara orang, banyak kiriman berita untuk saya. Meskipun ada kemudahan e-mel, SMS, dia begitu gemar mencatat segala berita tentang dirinya di tempat baru.

Saya pula menjadi begitu teruja untuk menanti kunjungan warkah bersetemkan daun maple. Penantian saya tidak sia-sia. Ia membuahkan sesuatu yang indah. Hampir setiap purnama pasti ada berita darinya. Hati saya mula dibuai lagu rindu bila warkah darinya lewat tiba.

Namun, saya selalu memujuk hati sendiri, ‘Aina Farina, dia mungkin sibuk dengan agenda barunya.’ Lalu lagu rindu yang bersenandung dalam jiwa saya hilang begitu saja.

Tahun kedua masih lagi ada berita darinya. Walaupun tidak seghairah dulu namun masih ada catatan untuk saya. Saya menghidu sesuatu daripada catatannya.

Ada resah yang membara di jiwanya. Ada hati yang berkelana tanpa musimnya. Dia seolah mencari sesuatu atau cuba melarikan diri daripada sesuatu. Saya tak pandai untuk memberi nasihat cuma sekadar berharap dan berdoa agar dia akan temui apa yang dicarinya.

Poskad terakhir yang saya terima, Haikal menyatakan dia akan menyambung pelajarannya dalam bidang seni. Dan semenjak itu, dia terus menyepi. Tiada lagi catatan untuk saya.

Atas sebab apa dia menyepi, hingga hari ini saya betul-betul tidak mengerti. Saya cuba juga mengutusinya dan bertanya khabar. Malangnya tak ada catatan lagi untuk saya.

Kadangkala saya bertanya sendiri, adakah saya telah menulis sesuatu yang menyinggung perasaannya lalu ghairahnya untuk berkongsi cerita dengan saya menjadi pupus. Saya sendiri tidak pasti. Atau sememangnya dia tidak telus dalam persahabatan kami.

Akhirnya lagu rindu semakin bersenandung dalam setiap mimpi saya hingga kesudahannya lena saya hanya dialun irama sepi yang tak bernada.

‘Aina Farina, jangan terlalu mengharap pada sesuatu yang tak pasti. Nanti memakan diri sendiri.’ Hati kecil saya selalu berbisik namun naluri saya masih mengharap. Harapan yang di awang-awangan.

“Dah hampir tujuh bulan dia di sini, Aina.” Hayani bersuara perlahan. Saya tersentak sambil mengerutkan dahi.

Segala yang berlagu di minda

hilang serta-merta. Saya mengeluh perlahan. Memandang ke arah Hayani yang tekun memandu meredah kesesakan lalu lintas.

Lebuh Ampang mana mungkin sunyi tatkala waktu senja mula menjengah. Keadaan semakin meruncing bila hujan mula turun dengan renyai-renyai.

“Dari mana aku dapat tahu dia dah ada di sini, kau jangan tanya. Apa yang aku tahu dia dah balik tapi aku tak pasti, balik terus atau hanya sementara.” Hayani seolah mengerti kerut dahi saya yang meminta kepastian.

“Mengeluh,” Hayani menegur bila saya melepaskan keluhan yang berat. Saya hanya mengangguk perlahan.

“Katanya dia sekarang aktif mengarah teater. Dengar cerita bulan depan nak mulakan projek besar. Persembahan teater sulungnya di Istana Budaya.”

Kali ini saya terlopong. Benar-benar kagum dari mana Hayani mendapat maklumat terkini tentang Kijang Putih.

“Haris beritahu aku, dia terpilih untuk berlakon dalam teater yang bakal diarahkan oleh seorang pengarah yang baru balik dari luar negara. Katanya ada ijazah dalam Seni Persembahan. Dari cerita Haris, aku dapat agak dia Kijang Putih kau.”

Sekali lagi saya menahan keluhan. Kereta yang dipandu oleh Hayani terasa seperti merangkak. Kalau boleh saya ingin segera sampai ke rumah.

Mandi, tidur dan bermimpi. Berharap dalam mimpi nanti akan bertemu dengan kijang putih. Bermain dan mengusap mesra bulunya sama seperti yang saya lakukan pada kucing kesayangan saya, Embun.

Saya tersenyum sendiri. Harapan dan impian saya mungkin jauh tersasar daripada kenyataan. Keliru, sedih, hampa, marah dan bahagia berbaur dalam minda saya. Apapun, saya rasa lega kerana dia telah selamat berada di tanah airnya sendiri. Berjuang untuk memartabatkan seni warisan bangsanya sendiri.

“Hujan nampaknya semakin lebat. Tak tahulah pukul berapa kita nak sampai rumah ni,” Hayani merengus sambil tangannya lincah menukar stesen radio. Mungkin untuk mencari maklumat tentang kesesakan jalan raya.

… menyanyi kerana gembira, menyanyi kerana sedih, menyanyi kerana rindu.. aduh siapa dapat membaca hatiku saat ini…

Jari Hayani terhenti, dia memandang ke arah saya. Tersenyum. Masing-masing melayan lagu yang semakin menjadi santapan halwa telinga pendengar masa kini.

Hujan semakin mencurah. Terasa begitu dingin sekali. Saya memejamkan mata rapat-rapat. Cuba melayan perasaan sendiri, aduh siapa dapat membaca hatiku saat ini…

Patah lirik tersebut terngiang-ngiang di telinga saya.

Benar, tak ada siapa yang tahu apa yang bermukim di hati saya saat ini. Saya terbayangkan sekumpulan kijang putih sedang bermain-main di satu kawasan belukar di pinggir kali yang airnya mengalir jernih.

“Kijang putih cium buntut Kancil, patutlah, jalan jam teruk.” Jeritan Hayani buat saya terpinga-pinga.

Segera saya menurunkan cermin tingkap untuk meninjau dan mencari kijang putih. Air hujan menerpa masuk tanpa dilawa. Saya tergamam seketika. Tersedar.

“Bukan kijang putihlah tapi rusa putih. Sorry.” Hayani mengenyitkan mata kirinya pada saya.

Nakal. Saya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Segera menutup kembali cermin tingkap dan kembali memejamkan mata. Mengharap sesuatu yang indah bakal bertandang. Hampa.

“Cukup cukuplah tu. Aku tahu kau rindukan Kijang Putih tu. Minggu depan Pekan Teater dah mula. Aku pasti dia akan berkampung di situ.”

Hayani menepuk lembut paha saya. Tepukan mesra seorang sahabat yang cukup memahami saya. Saya rasa cukup terharu.

Kijang Putih dah kembali, itu pasti. Yang tidak pasti kenapa Kijang Putih begitu mudah melupakan kenangan yang pernah tercipta antara saya dan dia. Tidak adakah sekelumit lagu rindunya pada saya?

Soalan itu tidak pernah mati dari jiwa dan saya tak memerlukan jawapan yang pasti. Kerana kini saya mula belajar mengerti.

Haikal, hadirmu bagai bayu, mengulit lagu rindu, pergimu bagai debu, melenyapkan seribu kenangan yang bermukim di kalbu. Dan Aina Farina akan terus menanti dan menanti pada impian yang tidak pasti.


Oleh Kamariah Safri



Cinta Yang Hilang


Nina merenung bait-bait puisi yang baru selesai ditulisnya. Rasanya itulah puisi yang sesuai untuk mengambarkan hati dan dirinya saat ini. Ada duka yang meruntun dijiwanya namun Nina tidak berdaya untuk melenyapkannya.

Bertentang mata ku tidak lagi merasakan cinta..
Berpaling muka bagaikan tiada apa..
Antara kita tiada lagi manis cinta..
Hilang bicara bila kita bersua..

Namun aku masih berharap..
Rasa cinta kita masih ada..
Meski pun kian pudar tawa mesra
Jua kian luput kenangan bahagia..

Kian jauh..
Hati kita kian menjauh..
Rindu juga semakin jauh..
Dan cinta.. entah adakah lagi sisanya.

Hilangkah bisa cinta kita..
Di telan masa.. di hanyut badai..
Lupa pada janji lama..
Dan yang tinggal hanya pura-pura..

Cinta yang hilang..
Di manakah jejaknya….

Percintaan antara Nina dan Mirhan sudah berusia 2 tahun. Kisah-kisah manis sudah lama reput dan lapuk hingga bagai tiada kesannya dihati mereka berdua. Nina kesal! Tiap kali bersua mereka bagai anjing dan kucing, ada saja yang menjadi pertengkaran. Hal-hal yang sekecil-kecilnya pun akan menjadi punca perselisihan faham yang menyebabkan masing-masing bermasam muka. Entahlah.. adakah kerana ego atau mereka memang tidak serasi bersama. Mungkin juga kerana usia yang masih muda, kurang matang serta tidak tahu apakah erti cinta yang sesungguhnya. Kata orang rajuk dan cemburu itu tanda sayang. Namun bagi Nina, rajuk dan cemburu hanya akan menyebabkan mereka berdua saling luka melukai. Hubungan Nina dan Mirhan bagai telur di hujung tanduk, bagai retak menanti belah. Nina menarik nafas berat. Kesal dengan apa yang terjadi.

Kadang kala selepas bergaduh dengan Mirhan, Nina kesal dengan kata-katanya sendiri. Kerana amarah dan tidak puas hati, Nina akan melepaskan kata-kata yang akhirnya melukai perasaan Mirhan. Memang ada rasa bersalah. Tapi untuk melafazkan maaf tidak sekali jika punca masalah itu adalah dari Mirhan!

Bukannya dia tak sayang pada Mirhan. Bukannya tak cinta. Tapi sikap Mirhan yang panas baran, acuh tak acuh serta selalu menuduh secara melulu kerap menghiris perasaannya. Lelaki kesayangannya itu juga seakan tidak memahami isi hatinya. Tidak! Dia bukannya tidak memahami isi hati Nina. Cuma dia tidak lagi teringin untuk menyelami kehalusan hati dan perasaan seorang gadis sepertinya. Nina kesal dengan sikap Mirhan yang tidak menghargai detik-detik manis mereka bersama. Adakalanya Mirhan bersikap dingin dan selalu pula melebih-lebihkan kawan berbanding kekasihnya. Di awal percintaan dulu semua sikap Mirhan itu tidak kelihatan. Semuanya baik belaka. Mirhan selalu ingin berada di sisinya. Mirhanlah yang paling manis, yang paling romantis dan paling penyabar lagi penyayang. Tapi itu dulu, saat Mirhan memikatnya dengan seribu satu macam cara agar cintanya dapat ditawan oleh Mirhan. Kisah indah dan romantis itu hanya berlanjutan selama setahun. Jika dulu andai rajuk, Mirhan akan memujuk. Andai marah, Mirhan akan mengalah. Tapi kini? Tiada lagi gurau senda. Tiada juga tawa gembira. Bila bertentang mata, sudah tiada debaran di dada. Semuanya hampar.. semuanya tawar!

Rindu? Nina memang merindukan saat-saat indah ketika Mirhan mula-mula dikenalinya. Seakan-akan lelaki itu tidak boleh hidup tanpanya. Saban siang dan malam. Ada saja panggilan telefon dari Mirhan. Kalau seminggu tak bersua. Rindu di hati begitu bergelora. Tapi kini? Dia tidak lagi merasa rindu pada Mirhan. Mereka bertemu pun kerana hanya satu kemestian. Mereka bertemu kerana mereka masih lagi bergelar kekasih dan sebagai sepasang kekasih mereka perlu bertemu sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Tapi pertemuan biasanya hanya mendatangkan perbalahan. Adakalanya pertemuan hanya akan mengeruhkan hubungan mereka. Nina kesal. Dia tidak tahu mengapakah hubungan mereka tidak boleh pulih seperti dulu-dulu. Kenapa? Adakah hubungan mereka sudah mencapai tahap ‘expired date’? sudah basi? Kemanisannya sudah hilang rasa? Lagi-lagi Nina mengeluh.

“ Sepasang kekasih mesti cuba saling faham memahami. Selalu bertolak ansur dan paling penting hormat menghormati. Mesti ada sikap give and take.. willing to sharing” Kata Farhana kakak angkatnya. Farhana sudah berkahwin dan punya seorang cahaya mata. Ketika itu Nina tidak berkata apa-apa. Dia biarkan Farhana terus memberikan kaunseling percuma kepadanya.

“ Kita ni tak patut kalau asyik memberi saja tapi tidak menerima. Jadi masing-masing kena memberi kasih sayang dan perlu menerima kasih sayang.. kalau kita asyik menerima saja pun tak elok. Lama-lama dia akan bosan memberi sedangkan kita hanya tahu menerima tapi tak pernah terfikir untuk membalasnya. Kita orang perempuan ni suka sangat di manja, dihargai .. disayangi.. orang lelaki kadang-kadang tak faham tu. Tapi kita sendiri pun selalunya tak faham, yang orang lelaki ni memang tak memahami sikap semula jadi kita tu. Kita kenalah juga cuba memahami sikap semula jadi orang lelaki yang memang bengap sikit pasal hati dan perasaan orang perempuan. Sebelum kita salahkan orang lelaki kerana tak memahami diri kita, kita cerminkan juga diri kita sendiri. Kita telah cuba fahami mereka? Kita telah cuba menyesuaikan diri dengan sikap mereka? Atau kita terlalu beria-ia menyuruh mereka mengubah sikap supaya sesuai dengan kehendak kita?”

Semakin banyak yang Farhana cakap semakin bingung Nina mendengarnya. Muka Nina berkerut-kerut kerana tidak faham maksud dan apa yang ingin di sampaikan oleh Farhana. Farhana senyum, dia tahu Nina tidak dapat menerima mesej yang ingin disampaikannya.

“Takpe lah Nina, Kakak cuma nak cakap kat Nina. Nina bersabarlah dan terima Mirhan seadanya.. jangan harapkan Mirhan sebagai lelaki yang sempurna. Sebab Nina pun bukan gadis yang sempurna. Tiada orang yang sempurna dalam dunia ni.. masing-masing ada kelebihan dan kekurangan..kan?” Nina menganguk. Farhana memang selalu memberi nasihat setiap kali dia dilanda krisis dengan Mirhan. Tapi sudahnya bukan seperti yang di harapkan. Semua tunjuk ajar dan pendapat Farhana tidak berkesan terhadap hubungan cintanya yang pelbagai ragam masalahnya.

Bagi Nina, dia sudah cuba sedaya upaya untuk memahami sikap Mirhan. Tapi Mirhanlah yang tidak berusaha untuk memahami dirinya. Nina kerap terkilan dengan sikap Mirhan yang acuh tak acuh itu. Nina sudah penat dengan hubungan cintanya yang telah kehilangan seri. Nina sudah bosan merajuk dan memujuk diri sendiri. Nina sudah bosan untuk bertolak ansur dengan Mirhan atas sebab-sebab kecil tapi menyakitkan hati. Petang ini Nina akan berjumpa dengan Mirhan. Nina nekad! Putus hubungan mungkin lebih baik daripada meneruskan percintaan yang meletihkan ini!

“Sekarang kita nak ke mana?” Tanya Mirhan selepas menjelaskan kelewatannya. Dengan muka yang masam. Nina angkat bahu.

“Ke mana sajalah!” Balas Nina kemudian. Mirhan menarik nafas panjang. Dia tidak suka pada jawapan Nina itu. Apatah lagi jawapan itu bernada sinis. Muka Mirhan berubah keruh. Nina sempat menjeling muka Mirhan yang mula mencerut itu.

“Kalau takde mood nak keluar, baik tak payah Nina..” Kata Mirhan sambil merengus kecil. Api kemarahan Nina mula terpercik mendengar kata-kata Mirhan.

“Oh..? begitu..? maaflah kalau aku ni hanya menyusahkan kau!” Balas Nina dengan nada geram.

“Bukan macam tu maksud aku Nina.. tapi kau selalu macam ni. Kata nak keluar.. tapi bila keluar kau moody. Lepas tu tak tahu nak ke mana.. alih-alih kita bergaduh!” ucapan Mirhan yang terakhir itu agak keras. Hati Nina terguris. Api di hatinya bagai di siram minyak oleh Mirhan.

“Aku? Moody? Mirhan.. baik kau fikir elok-elok.. aku dah tercanggak-canggak menunggu kau kat sini lebih setengah jam… lepas tu kau suka-suka je cakap, kalau takde mood nak keluar baik tak payah keluar? Sebenarnya kau yang takde mood nak keluar kan.. sebab tu kau sengaja melengah-lengahkan masa. Biarkan aku macam si bodoh tunggu kau kat sini!” Perang telah bermula.
Dada Nina berombak-ombak kencang menahan marah.

“ Oh! Semuanya pasal aku lambat sikit. Tadi kata tak apa! Kan aku dah cakap aku tak sengaja.. kau boleh tak jangan suka sangat merajuk! Melenting!” nada Mirhan tak kurang kerasnya.

“Oh! Aku ni suka merajuk? Suka melenting? O.k fine! Aku tak akan merajuk.. tak akan melenting.. tak akan marah-marah lagi! Mulai hari ini aku tak akan menyusahkan kau dan menganggu hidup kau lagi. Kita putus!” Ucap Nina hampir menjerit.

“Baik! Aku memang tahu kau dah lama nak putus dengan aku. Aku memang dah agak dah. Kau saja jadikan alasan kecil ni untuk putuskan hubungan! Mungkin kau dah jumpa lelaki lain yang lebih baik dari aku? Tak payah lah Nina.. tak payah nak berlakon dengan aku.. dari sikap kau aku dah tahu! Baik.. aku tunaikan permintaan kau. Kita putus!” Nina bertambah sakit hati dengan tuduhan Mirhan yang langsung tidak masuk akal itu.

“Kau cakap lah apa saja Mirhan! Cakaplah.. Aku dah bosan dengan perangai kau yang suka memfitnah orang! Tak kira lah kau nak kata aku berlakon ke.. aku ni memang dah ada jantan lain ke.. aku je yang tahu alasan aku nak putus dengan kau! Kita memang tak serasi.. kita memang dah tak boleh teruskan hubungan ni. Kita dah sampai jalan mati. Dah buntu Mirhan.. selamat tinggal!” Nina melangkah laju meninggalkan Mirhan. Matanya basah dan hatinya memang teramat sakit.

“Kau! Nina.. hish!!” Mirhan menyepak tiang perhentian bas untuk melepaskan amarahnya. Mujurlah tidak ada sesiapa di situ ketika itu. Jadi lagak pertengkaran dan perpisahan mereka berakhir begitu saja.

********

Kisah itu sudah 5 tahun berlalu. Pelbagai peristiwa pahit manis terjadi dalam hidupnya. Kematian kedua ibu bapanya yang tragis banyak mengalirkan airmatanya. Nina menjadi lebih tabah setelah mengharungi dugaan. Selepas Mirhan, Nina ada bercinta dengan beberapa jejaka lain tetapi selalu saja kecewa. Bermacam-macam jenis lelaki yang pernah di temuinya. Ada yang kedekut. Ada yang gatal dan suka meraba serta mengambil kesempatan. Ada pula yang asyik pinjam duit, yang Casanova, yang pengotor, yang kebudak-budakan dan berbagai jenis lagi. Nina pernah juga tersangkut dengan lelaki gay sangat kacak, tapi sebenarnya berpura-pura bercinta dengan Nina hanya untuk menyembunyikan sikap asalnya yang gay. Berjumpa dengan pelbagai lelaki menyebabkan Nina mula memahami serba sedikit sikap lelaki di sekelilingnya. Nina mula tahu apakah yang lelaki suka tentang perempuan dan ciri-ciri gadis yang menjadi pilihan lelaki.Tapi malangnya Nina tidak berjaya menemui cinta sejatinya. Cinta yang telah hilang memang sukar untuk dicari gantinya. Tidak ada lelaki yang benar-benar menepati citarasa dan keserasiannya. Mungkin juga mereka semua bukanlah jodohnya.

Nina mula terkenang Mirhan. Mungkin dulu Mirhan panas baran orangnya dan Nina tidak pandai menghadapi sikap Mirhan malah berkeras pula untuk menang dengan sikap sendiri. Mereka tidak pernah cuba bertolak ansur. Mereka tidak pernah cuba memberi dan menerima. Mereka tidak cuba berkongsi perasaan. Tiada perbincangan dan mereka tidak pernah cuba untuk meminta maaf atau memaafi. Nina menghela nafas berat. Sudah 5 tahun mereka tidak pernah bertemu. Mirhan sudah tentu bertemu penganti. Mungkin Mirhan sudah menemui cinta sejatinya. Entah di manakah lelaki itu sekarang. Sebenarnya Nina tahu Mirhan seorang lelaki yang baik. Mirhan bukan kaki perempuan dan juga setia orangnya. Nina tahu itu. Tapi Mirhan yang pada mulanya prihatin dan romantis berubah menjadi kurang prihatin serta kurang romantis menyebabkan Nina merasa tidak puas hati. Nina menyalahkan sikap Mirhan yang berubah itu. Nina sedar.. sikap Mirhan yang mulanya terlalu banyak memberi dan Nina pula terlalu banyak menerima. Menjadikan hubungan mereka tidak seimbang dan cinta mereka menjadi begitu rapuh!

“ Nina…Pembeli rumah dah datang!” Nina tersentak. Lamunannya melayang. Khalid menolongnya mencarikan pembeli untuk rumah pusaka ibunya yang ingin dijualkannya, Khalid datang dengan seseorang. Nina tertegun. Mimpikah ini? Mirhan!

“Nina?” Mirhan menatapnya. Juga tergaman.

“Mirhan? Kau pembeli?” Tanya Nina masih terkejut. Mirhan menganguk.

“Oh dah kenal?”Sampuk khalid. Nina mengiakannya. Baru saja dia melamunkan lelaki itu. Panjang umur pun!

“Kalau begitu mudahlah.. aku ada hal ni.. korang atur sendiri lah ye” Khalid berlalu.

“Kau nak jual rumah ni?” Tanya Mirhan. Nina menganguk.

“Rumah ni takde siapa yang tinggal. Aku kan anak tunggal. Mereka dah takde. Bukannya aku tak sayang rumah ni, tapi banyak kenangan yang memedihkan dalam rumah ni.Aku nak jual rumah ni dan beli rumah lain yang dekat sikit dengan Bandar. Senang aku pergi kerja. Tak payah sewa, kalau aku nak dok sini sesorang pun sunyi..” Mirhan menganguk-angguk. Nina segera membawa Mirhan melihat-lihat rumah itu.

“Kau apa khabar? Kau dah kawin?” Tanya Mirhan. Nina hanya tersenyum.

“Kenapa tanya pasal kawin pula? Jangan bimbanglah.. Aku taklah frust sangat lepas putus cinta dengan kau” gurau Nina enggan menyatakan statusnya. Dia malu sebenarnya. Sudah berkali-kali bercinta tapi semuanya tidak menjadi. Mungkin memang dia yang tidak pandai memahami lelaki sebab itu masih lagi belum bertemu jodoh. Itulah fikiran Nina.

“Eh.. ke situ pula kau ni. Taklah! Saja tanya. Sudah 5 tahun kan? Aku terkejut nampak kau tadi! Tak sangka aku terjumpa pula kekasih lama…” Gurau Mirhan sambil ketawa kecil. Nina turut ketawa. Walau pun mereka tidak berpisah secara baik dulu, tak sangka mereka kini masih boleh berbual dengan baik.

“Kau pula? Kau beli rumah ni untuk isteri ke?”Tanya Nina menduga. Mirhan tersenyum.

“Tak.. bukan untuk isteri. Tapi bakal isteri..” Jawab Mirhan sambil menatap terus ke mata Nina seolah-olah ingin melihat riaksi Nina.

“Oh…. Begitu! Tahniah.. tak lama lagi bergelar suami. Kawin juga kau akhirnya! Siapalah gadis bertuah tu ye!” Kata Nina bersahaja meski pun jauh di lubuk hatinya merasa cemburu. Dia cemburu kerana Mirhan telah menemui cinta sejatinya sedangkan dia masih lagi sendiri. Mendengar kata Nina, Mirhan hanya tersenyum.

“Macam mana? Berminat dengan rumah ni? Harga masih boleh runding..” ujar Nina setelah mereka puas meronda seluruh pelusuk rumah dan halaman.

“ Baik.. aku nak beli. Kalau loan aku approved aku akan bayar deposit.Tapi Nina.. aku masih nak tanya. Kau…dah kawin ke? Aku iklas nak tahu ni. Walau pun semua tu kisah lama, tapi sepanjang 5 tahun ni aku selalu terfikir. Kat manalah kau sekarang? Bahagia tak kau sekarang.. aku benar-benar teringin nak tahu khabar kau!” Kali ini Mirhan bertanya serius. Nina menarik nafas panjang. Dia ketawa kecil.

“Mirhan.. baiklah! Biar aku berterus terang dengan kau. Sebenarnya dalam tempoh 5 tahun ni aku dah banyak kali tukar teman lelaki. Tak satu pun menjadi. Mungkin aku terlalu demand kut. Mungkin juga pasal sikap aku ni memang tak boleh di terima oleh orang lelaki. Mujurlah kau tinggalkan aku awal-awal. Kalau tidak tentu kau merana kerana sikap aku..” Kata Nina sambil tertawa lagi. Biarlah dia merendah diri kini. Itu adalah kenyataannya. Walau pun agak malu tapi Nina tidak lagi merasa perlu untuk merasiakannya.

“Ai.. siapa yang tinggalkan siapa? Kau yang tinggalkan aku.. kau yang minta putus, tak ingat? Tapi aku tak ambil hati Nina. Sebab, lepas kau tinggalkan aku, barulah aku tahu.. memang sikap aku agak melampau juga. Tapi yelah.. masa tu kita muda lagi. Aku pun darah muda, panas baran. Tak fikir apa nak cakap, main lepas saja.. tulah! Cinta monyet katakan.. ha ha ha..” Mendengar tawa Mirhan, Nina hanya mampu tersenyum kelat.

“Yelah.. aku tahu. Aku nak minta maaflah pasal yang dulu-dulu tu. tak kiralah siapa yang salah. Kita masih terlalu muda. Tak matang.Tapi.. syukurlah kau jumpa juga cinta sejati kau! Nanti kalau kau melangsungkan majlis tu jangan lupa pula jemput aku. Tak payahlah kau bagitau bakal isteri kau yang aku ni kekasih l
ama. Tak pasal-pasal jadi gaduh pula nanti.. dah cukup-cukuplah kita bergaduh dulu kan?” Mirhan jadi ketawa mendengar kata-kata Nina. Kenangan itu memang lucu bila di kenang semula. Mereka terlalu muda, ego dan mentah. Kerana Ego mereka saling sakit menyakit dan luka melukai. Memang tidak bermakna.

“Aku pun hairanlah.. kenapa kita tak sudah-sudah nak bertekak. Bila ingat-ingat balik, aku rasa kita lah pasangan paling suka bertengkar. Tiap kali jumpa mesti nak gaduh. Dah jadi habit kita pula kan?” Tambah Mirhan. Nina juga merasa lucu dan mentertawakan kisah silam itu.

“Nina.. Kau masih sudi jadi kawan aku?”Tiba-tiba Mirhan bertanya.

“Kenapa tiba-tiba tanya macam tu? Kawan dengan kau? Aku nak juga kawan dengan kau. Tapi nanti.. luka lama berdarah semula siapa nak jawab? Kau tu takpelah dah ada buah hati.. takan nak berdarah kembali. Aku ni yang dok sesorang ni.. nanti teringat-ingat kisah cintan-cintun dulu-dulu, tak pasal-pasal datang balik cinta yang hilang tu! tak ke parah dibuatnya… kalau kau nak carikan jodoh untuk aku boleh le aku pertimbangkan.” Kata Nina sambil separuh berjenaka. Mirhan tidak menyambut tawa Nina. Sebaliknya merenung ke mata Nina dengan serius.

“Kenapa?”tanya Nina hairan.

“Kita mulakan semula.. Nina! Kita kembalikan cinta yang hilang tu..” Kata-kata Mirhan itu amat mengejutkan Nina. Gila ke?

“Kau nak gaduh ke ni, Mirhan? Bakal isteri kau tu kau nak letak mana? Ingatkan kau dah ada buah hati ni dah matang lah… tapi rupanya dah sewel pula jadinya” Mirhan ketawa mendengar kata-kata Nina.

“Kau memang tak banyak sangat berubah Nina. Mulut masih lazer macam dulu.. tapi takpe. Aku dah faham perangai kau.. Nina. Sebenarnya selama 5 tahun, lepas kita putus aku pun macam kau juga. Berkali-kali putus cinta. Semuanya tak menjadi. Entahlah.. mungkin aku ni tak cukup hensem, mungkin juga tak cukup caring, atau tak berharta.. aku dah bosan putus cinta. Lagi pun gadis-gadis suka lelaki yang berkerjaya, ada kerja tetap.. ada kereta, rumah… So aku kira nak beli rumah ni untuk masa depan. Nak kawin anak dara orang kenalah sediakan rumah untuk dia tinggal, aku belajar itu lepas beberapa kali, kena tinggal buah hati sebab dirampas oleh lelaki lain yang lebih berkemampuan. Diam-diam dalam 5 tahun ni aku selalu teringat kat kau dan aku selalu berharap dapat jumpa kau balik tak kiralah kau sudah berkawin atau pun belum.. Aku kata tadi nak beli rumah ni untuk ‘bakal isteri’. Tapi ‘bakal isteri’ tu memang belum ditemui calonnya.. Bila kau cakap kau masih sendirian.. luka lama mungkin berdarah kembali.. aku fikir.. kau sudi tak kalau kita mulakan semula?” Nina terdiam. Jadi Mirhan juga sepertinya? Masih sendiri. Masih mencari.

“Kau tak takut ke luka lama berdarah semula? Kalau kita bersama semula.. entah-entah kita akan asyik bergaduh macam dulu-dulu lagi?”Tanya Nina sambil tersenyum. Mirhan tergelak.

“Dulu aku Ego. Kau juga sama.. Semasa kau putuskan hubungan aku teringin sangat nak pujuk kau supaya jangan putuskan hubungan. Aku teringin sangat nak bagitau kau yang aku masih sayangkan kau. Tapi aku biarkan kau pergi. Banyak yang aku kesalkan selepas kita berpisah. Aku pendamkan saja semuanya. Bila dapat tahu dari kak Farhana yang kau dah ada buah hati baru, aku sakit hati. Tapi aku tahu, Aku tak pernah cuba nak fahami kau. Aku selalu ikut nafsu marahku bila kita bertengkar dan aku sikit pun tak mahu mengalah.. Jadi Nina. Kalau kita masih boleh mulakan semula.. aku ingin kau tahu. Aku rindu pada cinta kita dulu. Sebenarnya ada banyak manisnya, cuma aku saja yang tidak menghargai..” Mata Nina berair. Dia terharu. Seakan-akan telah menemui kembali sinar cintanya yang telah hilang itu. Biarpun ia masih samar-samar.

“Nina…kau menangis?” tanya Mirhan sambil menyentuh bahu Nina.

“Tidak.. aku gembira Mirhan. Mungkin ini peluang kedua untuk menebus apa yang telah kita hilangkan…” Mirhan mengganguk. Tangan Nina digengam erat seolah-olah menyakinkan yang kali ini cinta mereka akan membuahkan hasil.

Sekiranya masih ada sisa cinta dalam hati, mungkin ia masih boleh mekar kembali. Mungkin cinta itu umpama sebiji buah mentah dan perlukan satu jangka masa untuk ranum dan dipetik untuk dinikmati kemanisannya. Mungkin juga cinta itu satu pertaruhan yang menjanjikan bahagia atau sebaliknya. Apa pun persepsi untuk kalimat cinta itu, tapi setiap orang tentu ada kisah cintanya. Dan bila cinta itu datang, hargailah ia.